Menatap Masa Depan
Bumi Para Nabi (Refleksi 1 tahun Revolusi Mesir)
Mesir
merupakan salah satu wilayah paling penting di dunia. Pernyataan ini bukan
merupakan kata-kata asal bicara, namun didukung oleh data dan fakta yang
tertulis jelas di atas kanvas sejarah. Allah SWT sendiri mendukung pernyataan
ini. Dukungan itu tampak dengan menyebutkan kata “Mesir” bukan hanya satu atau
dua kali saja, tapi sebanyak delapan kali di dalam al-Qur’an al-Karim. Di 5
tempat disebutkan secara langsung, dan di 3 tempat disebutkan secara tidak
langsung.
Banyak
sejarawan muslim yang percaya bahwa Mesir merupakan tempat diturunkannya Nabi
Idris. Nabi yang diyakini banyak sejarawan telah mempengaruhi kemunculan
peradaban yang maju di dua sisi sungai
nil yang sekarang dikenal dengan Negeri Mesir. Nabi Idrislah yang diyakini
telah mengajarkan adanya kehidupan setelah kematian, mengajarkan menjahit,
mengajarkan ilmu bintang, mengajarkan tulis menulis, ilmu-ilmu yang diajarkan
oleh Nabi Idris inilah yang membuat Masyarakat di Mesir menjadi masyarakat yang
sudah melek ilmu sejak ribuan tahun yang lalu. Benih-benih kemajuan yang
ditanamkan oleh Sang Nabi masih bisa kita nikmati keindahannya dari
bangunan-bangunan fisik yang ada di mesir dan juga dari perkakas-perkakas peninggalan
dinasti-dinasti fir’aun yang sekarang tersimpan di berbagai musium di dunia
baik di Mesir, di Prancis, Itali, dan beberapa Negara lain. Salah satu dosen
saya bahkan mengatakan bahwa salah satu efek dari kehadiran Nabi Idris adalah
rasa ketuhanan yang begitu dalam yang menghiasi kehidupan masyarakat Mesir
bahkan hingga hari ini.
Mesir harus
diakui sangat kaya akan risalah kenabian. Banyak sejarawan meyakini bahwa Nabi
Ibrahim pernah singgah di Mesir. Nabi Ibrahim berdakwah dan kemudian
dipertemukan dengan Siti Hajar yang pada akhirnya melahirkan Nabi Ismail, Nabi
Ismail inilah yang sering disebut oleh para sejarawan sebagai Bapak Bangsa
Arab. Dari silsilah ini kita bisa saja mengatakan bahwa Bangsa Mesir sebenarnya
adalah Ibu dari Bangsa Arab. Nabi Ibrahim di kemudian mendapatkan anak pula
dari istri pertamanya, Siti Sarah yang bernama Ishaq. Nabi Ishaq inilah yang
merupakan nenek moyang dari Bangsa Yahudi.
Mesir
juga merupakan tempat kediaman Nabi Yusuf. Nabi Musa juga dilahirkan di Mesir.
Guru beliau yang diriwayatkan sebagian ulama bernama Nabi Khidir juga tinggal
di Mesir Nabi Isa dan Siti Maryam juga diriwayatkan pernah hidup beberapa lama
di Mesir. Luqman Hakim yang namanya diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an yang
oleh banyak sejarawan dianggap seorang Nabi juga diyakini tinggal di Mesir.
Data-data ini membuat Mesir tanpa diragukan lagi menyandang gelar Bumi Para
Nabi. Sebuah gelar yang bahkan tidak berhak disandang Mekkah dan Madinah.
Karena hanya Bumi Mesirlah yang memiliki rentetan riwayat risalah dan kenabian
begitu banyak.
Mesir dengan kandungan sejarahnya
yang kental selalu saja mengundang perhatian kita. Setelah proses revolusi yang
berlangsung cukup panjang dan menjadi perhatian media massa dari berbagai
penjuru dunia, Mesir kini tanpa terasa telah melewati satu tahun setelah
runtuhnya rezim mubarok. Namun situasi belum juga stabil.
Sampai saat ini kita masih
mendapati Lapangan Tahrir masih saja dihiasi dengan kemah yang merupakan
pemukiman-pemukiman para demonstran. Majlis Militer dianggap tidak mampu
mengatur negara. Rakyat tidak henti-hentinya memprotes agar Majlis Militer
segera menyerahkan kekuasaannya kepada parlemen yang baru terbentuk. Kita bisa
melihat jelas betapa para demonstran menginginkan penyerahan kekuasaan itu, di
salah satu spanduk berwarna merah tertulis jelas "Terima kasih atas
buruknya pemerintahan kalian wahai Majlis Militer, segera serahkanlah kekuasaan
kepada parlemen".
CNNArabic dalam berita onlinenya
menuliskan salah satu pendapat pemuda Mesir bernama Usamah Ali, seorang
insinyur komputer yang mengatakan bahwa Mubarok sebenarnya masih berkuasa,
semua itu bisa kita lihat dari banyaknya jumlah orang-orang Mubarok atau yang
lebih dikenal dengan “fulul” yang masih bercokol di pos-pos kekuasaan. Dia
menambahkan,
Seorang pemuda lain bernama
Syadzi Ibrahim mengatakan bahwa sampai saat ini dia belum melihat perubahan
sama sekali setelah berlalunya satu tahun revolusi. Dia menambahkan bahwa
Majlis Militer sampai saat ini masih belum serius menangani kroni-kroni
Mubarok, dan sampai sekarang belum ada “qishash” untuk darah para syuhada yang
telah tertumpah dalam Revolusi 25 Januari.
Sementara Mirfat Abdul Latif,
seorang pegawai kecil mengatakan kepada CNN berbahasa arab, bahwa Thanthawi
sama saja dengan Mubarok, tidak ada perbedaan sama sekali, bahkan lebih parah
dari Mubarok, dengan membeberkan kejadian-kejadian di depan kantor Majlis
Wuzaro’ juga tragedi Tahrir
dan Maspiro yang sangat jelas penuh dengan kezaliman dari pihak militer. Dia
juga menambahkan bahwa kemiskinan semakin bertambah, krisis ekonomi semakin
parah, khususnya krisis bensin dan tabung gas. Majlis Militer juga dituduh
penuh kebohongan, kezaliman, dan memperlakukan warga dengan perlakuan yang
tidak manusiawi.
Salah seorang aktivis Baradai
for President mengatakan: “Sesungguh kekuasaan yang sekarang berada di
tangan Majlis Militer adalah kekuasaan yang diberikan oleh para revolusioner
tahrir, dan mereka harus menyerahkan kekuasaan itu secepatnya”. Dia juga
menambahkan bahwa pemilihan presiden harus diadakan sebelum penyusunan
undang-undang. Dia mengaku tidak percaya andaikata undang-undang yang baru
disusun di bawah pemerintahan yang “pembohong” (yang dimaksud adalah
Majlis Militer red).
Seorang pengamat ekonomi bernama
Muhsin Adil mengatakan bahwa penyerahan kekuasaan dari Majlis Militer kepada
Perlemen (Majlis Sya’b) akan menimbulkan ketidak pastian konstitusi. Karena
Parlemen akan mendapatkan dua wewenang sekaligus, kekuasaan eksekutif dan
legislativ.
Apa pun yang akan terjadi nanti,
kita memang harus menyadari, bahwa perubahan menuju keadaan yang lebih baik
adalah hal yang diinginkan oleh seluruh Warga Negara Mesir. Namun kita harus
sama-sama menyadari bahwa perubahan itu tidak akan berlangsung cepat, tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Namun semua memerlukan waktu, usaha, dan
kesabaran. Dan pada akhirnya, waktu yang akan menjawab semua tuntutan dan
harapan.By:Izdiyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar