Rabu, Juni 27, 2012

Hot News; Labirin dalam rumah sendiri

1 februari, 2012,  port said stadium bersimbah  darah dengan laporan melayangnya 74 jiwa  beserta 1.000 orang luka-luka  yang turut menjadi korban.  Insiden yang dilatarbelakangi terpicunya amukan masa dari  kubu supporter tim sepak bola al masry ini, di klaim sebagai kegagalan polisi setempat dalam mengamankan pertandingan malam itu. Hal ini dikuatkan dengan  pengakuan para saksi di TKP  yang tidak melihat adanya tindak peredaman  yang berarti dari pihak kepolisian yang bertugas ketika  pertumpahan darah ini terjadi. Hal yang sama di cetuskan oleh  Mohammed Aboutrika, gelandang  Al ahly yang mengaku  menyaksikan sendiri pengejaran supporter Al  Masry  hingga ke ruang ganti mereka. Semua kesaksian tersebut semakin menguatkan pandangan publik akan keteledoran aparat keamanan pada saat itu. Bahkan dini ini, tersiar kabar  bahwa ada unsur kesengajaan  hingga pihak kepolisian kurang sigap mengambil tindakan pada saat kejadian berlangsung.

Menurut  salah satu saksi mata, kronologi  kerusuhan ini di awali oleh  pengibaran  spanduk  para pendukung  Al ahly  yang bertujuan untuk memancing emosi  tuan rumah pada saat babak kedua berlangsung.  Disinyalir, pada saat  hal ini di lakukan, aparat keamanan tidak memberikan respon apapun. Ketika babak kedua usai, tanpa terelakkan lagi , para pendukung team Al masry memburu  para supporter dari kubu lawan bahkan sampai ke tribun team ahly, seperti yang telah dikabarkan.  Dengan miris korban berjatuhan  karena benturan proyektil, terinjak-injak serta luka pukulan. Mayoritasnya adalah pendukung  Al Ahly dan beberapa diantaranya adalah aparat keamanan.

Dari hasil penyelidikan sementara ini, salah satu penyebab banyaknya korban tewas  pada kejadian ini  adalah koridor koridor sempit  yang menyambungkan dengan pintu keluar. Ketika  kerusuhan berkecamuk, para  Ahlawy berhamburan kabur lewat jalan tersebut. Namun ternyata pintu keluar  stadion terkunci, sedangkan para  supporter al masry terus  memburu tanpa ampun. Dalam masalah standar keamanan  stadion, ahli stadion dari FIFA , Walter Gags , angkat bicara.  Gags ber-statmen bahwa tidak  ada yang salah dengan stadion port said. Ia mendeskripsikan bahwa port said stadium dalam kondisi bagus dan tidak berbahaya bagi penonton, “tapi memang perlu protokol keamanan lebih, untuk kejadian luarbiasa”, ujarnya.

Dari peristiwa ini, timbul kecurigaan beberapa pihak  yang menduga ada unsur perencanaan dalam insiden berdarah ini. Mayoritas masyarakat dan anggota parlemen mengkambinghitamkan kepemimpinan  di mesir. Sebagian lainnya lagi-lagi mengecam Hussein tantawi yang di nilai tidak becus dalam  menangani permasalahan yang ada.  Hingga kini masa penuntut atas kejadian ini terus  bertambah  dengan aksi mereka di berbagai tempat. Sebut saja, unjuk rasa di markas kepolisian Suez yang  melibatkan lebih dari 3000 demonstran, setelah tersiar kabar, bahwa salah satu korban berasal dari suez. Dalam aksi ini dikabarkan  2 orang dari demonstran meninggal karena timah panas polisi dan beberapa luka-luka.  Tidak hanya di suez,  maydan ramsies, tahrir squer, beserta  sekitar areal masjid abbasiah pun di penuhi  ratusan masa yang melakukan aksi serupa meski dengan mengusung pemikiran dan tuntutan yang bervariatif.

Dewasa ini, bumi para nabi memang  tengah menoreh beberapa permasalahan besar  yang di dengar dunia.  hal ini tidaklah luput dari kejadian  merdeka-nya keluh kesah rakyat mesir  setahun yang lalu. Tercatat pada tanggal 25 januari 2011,rakyat mesir bersatu padu  merayakan pesta suara, yang di akhiri dengan  lengsernya husni  mubarok dari kursi kepresidenan  februari 2011 lampau . ketidak-stabilan keamanan  mesir semakin menganga sejak timbulnya keburaman pemerintahan pasca revolusi mesir di mulai. Hingga kini tragedi port said merupakan insiden terbesar  semenjak jatuhnya  husni mubarak.  Pandangan buruk masyarakat kebanyakan semakin pekat mengarah kepada  tokoh pemerintahan yang di duga adalah antek-antek rezim mubarak yang masih tersisa. Terbukti  hingga detik ini kecaman dan kekerasan terus terjadi  di berbagai institusi pemerintahan. Pembakaran dan kerusuhan kantor perpajakan di jantung kota kairo(kamis,2/2) merupakan bukti konkret dari opini rakyat terhadap pemerintahan kini.  Semua  Insiden ini juga telah meningkatkan kecaman terhadap Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata menjelang pemilu presiden pada akhir Juni. Dalam menanggapi salah satu insiden paling berdarah sejak penggulingan mantan Presiden Hosni Mubarak ini, dewan mengatakan Mesir akan melewati periode yang paling penting dan berbahaya dalam sejarahnya itu.

Status keamanan mesir yang kini di nyatakan chaos (labil), kian menambah kerisauan para “penghuninya”.  Terutama diantara warga asing yang berdomisili di mesir, mengingat mesir merupakan tanah yang memiliki institusi pendidikan internasional yang banyak melibatkan pelajar dari berbagai negara didalamnya. Melemahnya sistem keamanan negara secara otomatis mengaktifkan detonator tindak  kriminal di berbagai wilayah. Penggondolan uang tunai  yang mencapai  800 ribu pound mesir di HSBC bank cabang tajammu 5 , akhir januari lalu, serta   pelecehan  yang kerap terjadi terhadap wanita asing akhir-akhir ini (khususnya terhadap mahasiswi asing), merupakan gambaran kecil  dari  kengerian  yang terjadi  akibat  kesenjangan   sistem keamanan  yang melanda negeri ini. 

Penganiayaan yang di alami Iin Novita Sari, mahasiswi  tingkat I Kulliyyatul banat Al Azhar, Fakultas Syariah Islamiyah, merupakan salah satu  deskripsi nyata akan  public security system yang begitu ‘rikih’. Pada hari selasa (14/2) sekitar pukul 4.30 CLT dini hari, nopit (panggilan sapaan korban)  secara tiba-tiba di serang oleh sekomplotan pemuda yang disinyalir memiliki kulit hitam pekat.  Hasil penyelidikan sementara pihak kepolisian setempat, para tersangka bersikap anarkis  karena efek minuman keras  dan obat-obatan terlarang yang di temukan di saku salah satu tersangka yang telah  dibekuk. Mahasiswi asal bogor ini sendiri mengalami luka bacok d bagian kepala yang mengharuskannya dilarikan ke rumah sakit terdekat .
Dari semua social cracking yang terjadi, mulai dari demonstrasi anarkis,  kekerasan antar kelompok, serta tindak kriminal yang acap kali timbul, seakan membuat sekat-sekat labirin  yang  tidak di ketahui detail asal-muasalnya oleh mayoritas  warga asing.  Apa yang tengah terjadi  dan apa yang akan terjadi   dengan “rumah” mereka kini merupakan tanda tanya yang terus dilemparkan , khususnya oleh MASISIR kebanyakan. Hingga kini setiap mata warga asing hanyalah dapat mengamati, sedikit menyimpulkan, dan waspada .(ali/red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar