Rabu, Juni 27, 2012

Funun; Dua Kebahagiaan

Senyum merekah terlukis di bibir manisnya, “ Ya Nour, gimana?”, katanya sambil memegang gaun pengantinnya, “Inti ‘amourah ya Fatma”, kataku sambil ikut tersenyum bahagia. Seperti ada udara segar memasuki rongga paru-paruku, senang sekali akhirnya temanku bisa menaiki panggung pelaminan, tetapi yang membuatku lebih bahagia adalah melihat senyum bahagia dari Mama, karena seseorang yang istimewa disampingnya.
                                                           
***
“Nooouurrr! Baba besok pulang!”, seru Fatma sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, semua orang di ruangan kelas ini tertuju pada kami akibat suara Fatma yang melebihi klakson truk gandeng, “Ya lahwiii, mabrouuk ya Fatma!”, ujarku sambil memeluknya. “Pokoknya inti harus ikut jemput Baba, harus!”, “Masyi ya Fatma”. Fatma tidak henti-hentinya menyebutkan jenis-jenis ancaman bila aku tidak ikut menjemput Baba. Terkadang aku suka pusing berlama-lama dengannya, karena dia mampu berbicara 12 jam penuh, mungkin sambil tidur saja dia masih berbicara. Bahkan kerap kali aku sengaja tidak mengangkat telepon darinya ketika mood-ku sedang tidak baik, akibatnya keesokan harinya di kuliah aku mendapatkan bonus ceramah satu jam darinya.

Sudah dua tahun rasanya aku berteman dengan Fatma, sampai-sampai aku hafal dengan semua keluarganya dan tetangga-tetangganya, karena kerap kali aku diajak berkunjung ke rumahnya. Gadis Mesir ini berbeda dengan gadis-gadis Mesir lainnya, maka dari itu diantara semua perempuan di kelas tiga Hadist, Universitas Al-azhar ini, cuma Fatma yang awet berteman denganku. Lalu apa yang berbeda darinya? Dia adalah orang yang paling sabar diantara orang-orang Mesir, tetapi hanya diantara orang-orang Mesir, karena kalau diantara orang-orang Indonesia masih ada yang lebih sabar darinya. Hanya satu sifatnya yang bikin aku tak tahan, cerewet!.

Besok Baba Fatma terbebas dari penjara, setelah enam tahun dipenjara akibat tuduhan penganiayaan seseorang. Baba bekerja di Negara Qatar, jadi kejadiannya Baba bertengkar dengan teman sepekerjaannya yang warga asli Qatar, karena emosi orang Mesir yang susah dikendalikan, akhirnya Baba memukul orang itu sampai babak belur. Walhasil warga Qatar tida terima, akhirnya Baba dipulangkan ke Mesir lalu dipenjara di Penjara Alexandria.

Mama Fatma pernah bercerita sewaktu aku berkunjung ke rumahnya, selama Baba dipenjara Mama tidak pernah menjenguknya. Alasannya? Karena Mama tak sanggup melihat Baba dipenjara, dan Mama takut pingsan atau menangis meraung-raung karena terlalu cintanya Mama terhadap Baba. Aku terkadang menangis setiap mendengar cerita-cerita dari Mama tentang Baba, Mama sangat sangat cinta terhadap Baba. Dia selalu menunjukkan poto Baba dari pertama mereka menikah sampai sebelum Baba dipenjara. Mama selalu berkata bahwasannya Baba adalah orang yang terganteng sedunia.

Cita-cita Fatma adalah menikah dengan kehadiran Baba, aku senang sekali Baba bisa hadir dipernikahan putrinya tersayang. Fatma juga senang, akhirnya dia bisa melihat Mama dan Baba bersatu, dan bisa berkumpul dengan kedua orangtuanya sebelum ia menikah.

                                                            ***

Semua berlinang air mata, ternyata Baba masih segagah seperti di foto enam tahun yang lalu yang terpampang di kamar Mama. “Ya Baba, ini Nour teman baikku”, ujar Fatma memperkenalkanku, “Ahlan wa sahlan ya Baba”, ucapku, “Ahlan bik ya Nour, dan juga terimakasih sudah berteman baik dengan anakku”, jawab Baba.

Hajar, Muhammad, adik-adik Fatma berebut untuk merangkul Baba, aku jadi teringat Ayahku di Indonesia. Ketika Baba dipenjara, Fatma masih berumur 13 tahun, semenjak itu Mama jarang di rumah sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan yang selama ini dipenuhi oleh Baba. Mama bekerja sebagai koki di sebuah restaurant kecil, dan keluarga Fatma bukan dari keluarga yang mampu, maka dari itu Mama sering sakit-sakitan karena kerja terlalu banyak.

Sesampai di rumah Fatma, kita semua berpesta makan-makan menyambut kepulangan Baba. Beraneka makanan tersaji di atas karpet, aku sudah tidak sabar karena masakan Mama sangat lezat, rumah-rumah makan yang ada di Kairo semua kalah lezatnya dengan masakan Mama. “Baba, masakan Mama paling enak se-Kairo”, ujarku sambil memamerkan jempol milikku, Baba tersenyum, “Ya ini alasanya Baba menikahi Mama”.

                                                            ***

“Sudah siap?”, tanya Hajar, lalu Fatma sang pengantin wanita digiring ke Masjid dekat rumahnya untuk melaksanakan ijab-qabul. Baba terlihat gagah dengan kemeja yang dikenakannya, Mama pun masih terlihat cantik walaupun ada kerutan di wajahnya. Sekarang Mama sudah tidak sakit-sakitan akibat terlalu banyak bekerja, karena sekarang Baba membangun usaha rumah makan dekat dengan rumah mereka, sehingga Fatma bisa melanjutkan S2 walaupun sambil bekerja untuk menambahi uang saku adik-adiknya.

Akhirnya dua kebahagiaan milik Fatma tercapai, yaitu kepulangan Baba dan yang kedua pernikahan. Saatnya memikirkan, kapan giliranku?. By: Nurul Azizah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar